Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

117. PANTANGAN UNTUK PELAKU TASHAWUF

Dalam kitab Al-Ghunyah Lithalibi Thariq Al-Haqq, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengungkap 10 pantangan yang harus dihindari bagi sufi yang sedang melakukan mujahadah dan muhasabah, yakni: 1. Pantang bersumpah demi Allah, terlepas dari apakah yang dikatakan itu benar atau bohong, baik sengaja atau tidak sengaja. Ketika seseorang telah mengokohkan prinsip tersebut dalam dirinya dan membiasakan pada lisannya, niscaya Allah akan membukakan satu pintu dari cahaya-cahaya-Nya, meninggikan derajatnya dan dikuatkan tekad dan pandangannya. 2. Pantang berbohong baik serius ataupun bercanda. Jika mampu melakukannya, maka Allah akan melapangkan dadanya dan menjernihkan pengetahuannya, hingga ia tak lagi mengenal dusta. 3. Pantang menjanjikan sesuatu kepada siapa pun, lalu urung memenuhinya, meski mampu mewujudkannya, kecuali memang ada alasan yang jelas. Lebih baik dia menghilangkan kebiasaan janji-janji. Jika mampu melakukannya, Allah akan membukakan pintu kemudahan dan derajat malu, dan memberi ka

116. Tahlilan

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓﻥ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ ﻋﺎﻡ ‏( ﺍﻟﺤﺎﻭﻱ ﻟﻠﻔﺘﺎﻭﻱ , ﺝ : ۲ , ﺹ : ١٩٨ Rasulullah saw bersabda: “Doa dan shodaqoh itu hadiah kepada mayyit.” Berkata Umar: “shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan shodaqoh dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh di hari ke tujuh akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya lalu sedekah dihari ke 40 akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.” Referensi : (Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198) Jumlah-jumlah harinya (3, 7, 25, 40, 100, setahun & 1000 hari) jelas ada dalilnya, sejak kapan agama Hindu ada Tahli

115. Sekilas tentang Ruh

Ulama abad ke-10, Ibnu Sina membagi jiwa atas tiga macam, yaitu jiwa nabati (an-nafs an-nabatiyah), jiwa hewani (an-nafs al-hayawaniyah), dan jiwa insani (an-nafs al-insaniyah). Jiwa nabati adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yang hidup dari segi makan, tumbuh, dan berkembang. Jiwa hewani adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yang hidup dari segi mengetahui hal-hal yang kecil dan bergerak dengan iradat (kehendak). Jiwa insani adalah kesempurnaan awal bagi benda yang hidup dari segi melakukan perbuatan dengan potensi akal dan pikiran serta dari segi mengetahui hal-hal yang bersifat umum. Jiwa insani inilah yang dinamakan dengan ruh, sebagaimana para filsuf Islam menyamakannya dengan an-nafs an-natiqah (jiwa manusia). Sebelum masuk atau berhubungan dengan tubuh disebut ruh, sedangkan setelah masuk ke dalam tubuh dinamakan nafs yang mempunyai daya (al’aql), yaitu daya praktik yang berhubungan dengan badan dan daya teori yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak. Al-Gazal

114. Dari Status hikmah

Baarokallohu fiikum ..... Sahabat Hikmah ..... Seorg hamba yg beradab kepada Tuhan nya, akan mrasa malu jika menuntut imbalan atas amal2 ibdh nya ketika Berdo'a, karna dia tau bhw hakikat amal2 ibdh nya adlh pertolongan / pemberian dari Allah juga, bgt pun keIkhlasan dlm amal2 ibdh nya adlh anugrah dari Allah juga,, bahkan ketika amal2 ibdh para hamba Nya tercampuri oleh kotoran2 Ujub dan Riya', Allah jua lah yg menutupi segala kekurangan2 dan kesalahan2 amal2 hamba Nya dg kelembutan sifat Jamal Nya. maka diantara tanda2 org yg tdk beradab kepada tuhan nya adlh bersandar/i'timad kepada amal2 ibdh nya ketika dia berdo'a. Seakan-akan Allah hanya akan memberi jika Dia disembah terlebih dulu, dan seakan-akan Allah itu butuh kepda amal2 ibdh kita, padahal ... waman yasykur fainnama yasykuru linafsih. Dawuh Hukama : كَيْفَ تَطْلُبُ العِوَضَ عَلى عَمَلٍ هُوَ مُتَصَدِّقٌ بِهِ عَليكَ، أمْ كَيْفَ تَطْلُبُ الجَزاءَ عَلى صِدْقٍ هُوَ مُهْديهِ إلَيْكَ؟! Mana mungkin engkau dapa

76. SEKILAS TENTANG MA'RIFAT

Ma ’rifatullah atau “mengenal Allah” adalah fondasi agama. Adalah jalan menuju Allah ta’ala. Adalah tujuan dalam hidup manusia. Maka ma’rifatullah (mengenal Allah) adalah titik awal dan titik akhir bagi insan beragama. Oleh sebab itu tidaklah tepat bila ada ungkapan : “jangan mengajarkan ma’rifat sebelum murid belum benar-benar menjalani syariat, hakikat, toriqot”. Ma’rifat adalah titik awal dan titik akhir. Sebelum seorang hamba menjalankan syariat, tarikat dan hakikat ia harus tahu dulu siapakah Robbnya (ber-ma’rifatullah / mengenal Tuhannya). Begitupula saat menjalankan syariat, tarikat dan mendalami hakikat semua tetap difokuskan ke jalan ma’rifatullah. Ada pula orang yang beranggapan bahwa iman, syariat, tarekot, hakikat, ma’rifat digambarkan seperti sebuah jenjang anak tangga. Syariat diposisikan ada pada anak tangga bawah, setelah menjalani syariat kemudian naik ke tangga tarekot, lalu naik ke hakikat lalu tangga ma’rifat. Akhirnya ada anggapan bila sudah sampai tangga hakikat

112. Pentingnya belajar sifat 20

وَبَـعْـدُ فَاعْلَمْ بِوُجُوْبِ الْمَعْرِفَـهْ ۞ مِنْ وَاجِـبٍ ِللهِ عِـشْرِيْنَ صِفَـهْ “Waba’du , ketahuilah bahwa (orang mukalaf) wajib mengetahui 20 sifat yang wajib kepada Allah.” Keunikan itu terletak dalam kata  i’lam , yang bararti  ketahuilah . Syekh Nawawi, Banten dalam  Nurûdz-Dzalam  (hal. 33) menjelaskan bahwa Syekh Ahmad bin Muhammad al-Marzuqi,  mushanif  kitab  Aqîdatul-Awam  memulai dengan lafal  i’lam , yang memiliki arti ketahuilah. Beliau mengatakan: وإِنَّمَا عَبَّرَ النَّاظِمُ بِاعْلَمْ تَنْبِيْهاً لِلسَّامِعِ عَلَى أَنَّ مَا يُلْقَى إِلَيْهِ مِنَ الْقَوْلِ يَلْزَمُ حِفْظُهُ؛ لِأَنَّهُ أَصْلُ كُلِّ خَيْرٍ وَإِشَارَةٌ إِلَى أَنَّ كَسْبَ الْعِلْمِ أَفْضَلُ الْأَكْسَابِ “ Nadzim  kitab ini menggunakan lafal  i’lam  sebagai pengingat bahwa apa yang akan diutarakan setelahnya merupakan merupkan sesuatu yang harus dijaga, karena hal itu merupakan asal dari segala kebaikan. Hal ini juga menjadi isyarah bahwa mencari ilmu adalah pekerjaan terbaik.” Nurûdz-Dzalam  (hal. 33

111. Sekilas tentang dzikir

Rasulullah Saw bersabda : ﺍَﻟﺬِّﻛْﺮُ ﻧِﻌْﻤَﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻓَﺎَﺩُّﻭْﺍ ﺷُﻜْﺮَﻫَﺎ " Dzikir adalah nikmat yang datangnya dari Allah, maka tunaikanlah dzikir tersebut sebagai bentuk rasa syukurmu kepada-Nya". Dalam buku Tasawuf Irfani, maqamat terdiri dari empat maqam: 1. Maqam al Syari‟ah terdiri dari al Taubah, al Taqwa, dan al istiqamah. 2. Maqam al Tariqah terdiri dari al Ikhlas, al Shidqu dan al Tuma‟ninah. 3. Maqam al Haqiqah terdiri dari al Musyahadah dan al Muraqabah. 4. Maqam al Ma‟rifah terdiri dari al Ridha, al Mahabbah dan al Ittihad (penyatuan Tuhan dan hamba dalam bentuk baqqa billaah fana filah) (وَأَمَّا حَقِيْقَةُ الْفَنَاءِ وَالْبَقَاءِ) فَالْفَنَاءُ سُقُوْطُ الْأَوْصَافِ الْمَذْمُوْمَةِ، وَالْبَقَاءُ وُجُوْدُ الْأَوْصَافِ الْمَحْمُوْدَةِ. فَمَتَى بَدَلَ الْعَبْدُ أَوْصَافَهُ الْمَذْمُوَمَةَ فَقَدْ حَصَلَ لَهُ الْفَنَاءُ وَالْبَقَاءُ. وَالْفَنَاءُ اِثْنَانِ: (أَحَدُهُمَا) مَا ذَكَرْنَاهُ وَهُوَ بِكَثْرَةِ الرِّيَاضَةِ (وَالثَّانِيْ) عَدَمُ الْإِحْسَاسِ بِ