Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

43. HUKUM ADAT

HUKUM ADAT y aitu keputusan (hukum) pada kebiasaannya berlaku (atau yang pernah berlaku). Perkara yang diputuskan dengan sebab terjadi berulang-ulang kali dan berlaku sekurang-kurangnya dua kali. Misalnya, makan banyak wajib dan pasti kenyang kerana pada kebiasaannya sudah berulang-ulang  berlaku begitu. Dengan lain-lain perkataan, hukum adat itu ialah perkara yang mensabitkan satu perkara dengan perkara yang lain. Umpama makan dengan kenyang. Berlaku adat (kebiasaan) berulang-ulang itu ada empat perkara seperti berikut: 1. Ada dengan ada, seperti ada makan ada kenyang. 2. Ada dengan tiada, seperti ada panas tiada mandi. 3. Tiada dengan tiada, seperti tiada sejuk tiada mandi. 4. Tiada dengan ada, seperti tiada lapar ada makan. Hukum adat terbahagi kepada tiga bahagian. 1. Wajib pada adat ialah perkara yang pasti terjadi dan pasti berlaku pada kebiasaannya. Misalnya, makan banyak wajib (pasti) kenyang. Jika bakar dengan api wajib (pasti) hangus, dan lain-lain seumpamanya. 2. Must

42. HUKUM SYARA'

Pengertian hukum Syara’ Pengertian dari hukum Syara’ adalah ; وَالْحُكْمُ الشَّارِعُ هُوَ كَلَامُ اللّٰهِ تَعَالٰى اَلْمُتَعَلِّقُ بِفِعْلِ الشَّخْصِ مِنْ حَيْثُ التَّكْلِيْفُ اَوِالْوَضْعُ لَهُ Artinya : ” Hukum syara’ itu adalah firman Alloh Ta’ala yang berhubungan (erat kaitannya) dengan pekerjaan / keseharian manusia yang baligh serta berakal dari mengerjakan suatu pekerjaan, atau ngatur sebuah perintah.” Dari kalimat مِنْ حَيْثُ التَّكْلِيْفُ kita bisa memahami bahwa kalimat itu mengisyaratkan pada sebuah Khithob Taklif, adapun kalimat “اَوِالْوَضْعُ لَهُ” disana pada Khithob Wadl’i. Jika demikian adanya, maka kita bisa ngambil kesimpulan bahwa dalam hukum Syara’ itu terbagi menjadi 2 bagian, yaitu ; Khithab Taklif Khithab Wadl’i Sekarang mari kita uraikan satu persatu dari poin-poin diatas tersebut, supaya lebih memehami dan sedikit mengerti. 1. Khithab taklif Yang disebut dengan Khithab taklif adalah : “ Suatu perintah, yang mana perintah itu mencakup pada suatu yang Wa

41. HUKUM AKAL

PENGERTIAN HUKUM AQLI Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata: فَكُلُّ مَنْ كُلِّفَ شَرْعًا وَجَبَاعَلَيْهِ أَنْ يَعْرِفَ مَا قَدْ وَجَبَا للهِ وَ الْجَائِزَ وَ الْمُمْتَنِعَاوَ مِثْلُ ذَا لِرُسْلِهِ فَاسْتَمِعَا. “Setiap mukallaf secara syariat wajib mengetahui perkara yang Wajib bagi Allah, ja’iz, dan yang dilarang (mustahil). Dan (wajib pula mengetahui perkara wajib, ja’iz, dan mustahil) bagi para rasul-Nya, maka hendaklah engkau dengarkan.”. Hukum akal ada tiga : اَلْوَاجِبُ هُوَ: الَّذِى لاَ يُمْكِنُ عَدَمُهُ ( wajib adalah yang tak mungkin tidak ada)      اَلْمُسْتَحِيْلُ هُوَ: الَّذِى لاَ يُمْكِنُ وُجُوْدُهُ ( Mustahil adalah yang tak mungkin ada)                      اَلْجَائِزُ هُوَ: الَّذِى يُمْكِنُ وُجُوْدُهُ وَعَدَمُهُ ( Jaiz adalah yang mungkin ada dan tidak ada)            Setiap laki-laki dan perempuan yang telah mukallaf, berumur 15 tahun, sempurna akalnya, telah sampai syi‘ar Islam kepadanya, secara syariat wajib mengetahui dan meyakini hal-hal yang wajib, ja’iz

40. MERUBAH KEMUNKARAN DENGAN HATI

Rasululullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: من رأى منكم منكرا فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه، وذلك أضعف الإيمان “Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49). Menurut hadits ini, merubah kemungkaran dibagi menjadi tiga tingakatan; pertama merubah dengan tangan (mengambil tindakan bagi yang berwewenang), kedua merubah dengan lisan (menasehati), dan ketiga merubah dengan hati (membenci perbuatan maksiat), kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan bahwa tengakatan yang ketiga ini adalah bentuk keimanan yang paling lemah atau paling minim. Jika kita perhatikan, tingakatan yang pertama dan yang kedua memang bisa merubah kemungkaran. Yaitu dengan bertindak bagi mereka yang memiliki wewenang,

39. TINGKATAN MANUSIA

INI WAWASAN BUKAN MUTLAK SEBAGAI KETETAPAN MENGENAL TINGKATAN MANUSIA DAN PENDAMPING GHAIB Allah telah menjadikan 600 alam berikut makhluk hidup di dalamnya. Sesungguhnya Aku (Allah) ciptakan pasangan yang serasi/sepadan, kepada manusia agar mereka senang serta menyukainya …….(Imam Ibnu Salam) Secara Hakikat..Maksud teman serasi dalam dalil ini adalah pendamping Ghaib yang sepadan untuk mendampingi manusia atau membantu dalam segala sifat spiritualisnya. Tingkatan ilmu yang berlaku dan sudah berjalan sejak zaman Nabi Adam AS, hingga sampai kepada ummat Baginda Rosululloh SAW. Dan bagian dari ciri sifat manusia dalam memahami batasan dan tingkatan ilmu bathiniyyah secara sempurna. Tahapan ini bisa dijadikan wawasan atau boleh sebagai renungan kita dalam pengenalan dunia bathin yang sah. “Sudah sebatas mana pemahaman kita dalam mengenal pendamping Ghaib?” 1- Ilmu Syareat..Batasanya faham secara akal tanpa bisa mengalami/menyaksikan secara langsung perwujudan dari bisyaroh bangsa Gh