Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Alquran

 HIKMAHNYA AL-QURAN DITUTUP DENGAN AL MUAWIDZATAIN ( AL-FALAQ DAN ANNAS )   Disebutkan dalam kitab tafsir Al- Bahrul Madid Syekh Ibnu Ajibah Al- hasani juz : 8 hal : 378   فَالْجَوَابُ مِنْ ثَلَاثَةِ أَوْجُهٍ, اَلْأَوَّلُ : قَالَ شَيْخُنَا اَلْأُسْتَاذُ أَبُوْ جَعْفَرِ بْنِ الزُّبَيْرِ : لَمَّا كَانَ الْقُرْاَنُ مِنْ أَعْظَمِ نِعَمِ اللهِ عَلَى عِبَادِهِ, وَالنِّعْمَةُ مَظِنَّةُ الْحَسَدِ, خَتَمَ بِمَا يُطْفِئُ الْحَسَدَ, مِنَ الْإِسْتِعَاذَةِ بِاللهِ.   Jawabannya terdapat pada tiga hal : Pertama  : Berkata Syekh Abu Ja’far bin Zuber : Karena Al-Qur’an adalah pemberian ni’mat dari Allah yang paling agung terhadap hamba-hambaNya, sedangkan ni’mat tidak lepas dari pihak yang hasud, maka Allah mengakhirinya dengan surat yang bisa meredam hasud yaitu permohonan perlindungan terhadap Allah SWT ( Al-Muawwidzatain ). اَلثَّانِى : يَظْهَرُ لِىْ أَنَّ الْمُعَوِّذَتَيْنِ خُتِمَ بِهَا لِأَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيْهِمَا : (( أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آيَاتٌ لَمْ يُرَ

107. FIDYAH

Allah telah menurunkan kewajiban puasa kepada NabiNya yang mulia pada tahun kedua Hijriyah. Puasa pertama kali diwajibkan dengan takhyir (bersifat pilihan). Barangsiapa yang mau, maka dia berpuasa. Dan barangsiapa yang berkehendak, maka dia tidak berpuasa, akan tetapi dia membayar fidyah. Kemudian hukum tersebut dihapus, dan bagi seluruh orang beriman yang menjumpai bulan Ramadhan diperintahkan untuk berpuasa. Pada zaman sekarang ini, ada sebagian orang yang beranggapan, bahwa seseorang boleh tidak berpuasa meskipun sama sekali tidak ada udzur, asalkan dia mengganti dengan membayar fidyah. Jelas hal ini tidak dibenarkan dalam agama kita. Untuk memperjelas tentang fidyah, dalam tulisan ini akan kami uraikan beberapa hal berkaitan dengan fidyah tersebut. Semoga Allah memberikan taufikNya kepada kita untuk ilmu yang bermanfa’at, serta amal shalih yang Dia ridhai. A. DEFINISI FIDYAH Fidyah (فدية) atau fidaa (فدى) atau fida` (فداء) adalah satu makna. Yang artinya, apabila dia memberikan

106. SHALAT JENAZAH

Ada dua jenis shalat terhadap orang yang sudah meninggal, yaitu shalat jenazah dan shalat ghaib. Shalat jenazah dilakukan dengan kehadiran mayit, sedangkan shalat ghaib tanpa kehadirannya. Secara teknis, keduanya memiliki tata cara sama saja, kecuali niat. Niat shalat jenazah yaitu: Untuk mayit laki-laki: اُصَلِّى عَلَى هَذَا الْمَيِّتِ اَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ مَأْمُوْمًا/إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى “Saya niat shalat atas mayit laki-laki ini empat kali takbir fardhu kifayah karena menjadi makmum/imam karena Allah Ta’ala.” Untuk mayit perempuan: اُصَلِّى عَلَى هَذِهِ الْمَيِّتَةِ اَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ مَأْمُوْمًا/إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى “Saya niat shalat atas mayit perempuan ini empat kali takbir fardhu kifayah karena menjadi makmum/imam karena Allah Ta’ala.” Sedangkan niat untuk shalat Ghaib: اُصَلِى عَلىَ المَيِّتِ/المَيِّتَةِ (فُلاَنٍ/فُلاَنَةٍ) اْلغَائِبِ/الْغَائِبَةِ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلِكفَايَةِ للهِ تعالى ِSeperti yang dike

105. WUSHUL ILAA ALLAH

PENGERTIAN WUSHULNYA HAMBA DAN SIFAT DKAT NYA ALLAH DGN HAMBA ٭ وُصُولُكَ الَى اللهِ وُصولُكَ الىَ العلمِ بِهِ وَالاَّ فَجَلَّ رَبُّنَا اَنْ يَتـَّصِلَ بِهِ شَىءٌ او تَتـَّصِلَ هُوَ بِشىءٍ ٭ “Wushul (sampai) mu kepada Allah itu sampaimu kepada ILmu yaqin atau makrifat yG sempurna terhadap Allah, kalau tidak begitu, Tuhan itu maha agung, mustahil kalau sesuatu itu bertemu (bersambung) dGn Allah atau Allah itu bertemu (bersambung) dGn sesuatu.” ******** Sarah /penjelasan : Sampai kepada ilmu yaqin/makrifat berarti : dGn mengtahui/meyaqini bahwa Allah itu Esa dalam dzat, sifat dan af’al-Nya, Sempurna dalam kesempurnaan-Nya, dan meyakini kalau Allah itu lebih dekat kepadamu daripada dirimu sendiri. Maksud dari mustahil nya kalau sesuatu itu bertemu/ bersambung dGn Allah yaitu : seperti bertemu /bersambungnya sebagian bentuk/benda dGn benda lainnya, atau Allah itu bertemu/bersambung dGn sesuatu, : tidak ada dekat kepada Allah, dan sampai (wushul) kepada-Nya, seperti dekat , bertemu /s

104. HUBUNGAN SIFAT 20 DENGAN ASMA'UL HUSNA

Hubungan 20 Sifat Wajib bagi Allah dg al-Asma’ al-Husna Sahabat Hikmah yg dirahmati Allah ta'ala ...... Bila 20 sifat wajib merupakan sifat-sifat pokok kesempurnaan Allah, bagaimana hubungannya dg al-Asmâ’ al-Husnâ (secara bahasa: nama-nama Allah yg indah)? Rasionalkah sifat wajib yg hanya 20 mencakup 99 al-Asmâ’ al-Husnâ? Tidakkah 20 sifat wajib justru menafikannya? Bila mengetahui makna sebenarnya dari masing-masing al-Asmâ’ al-Husnâ, maka org akan memahami bahwa 99 al-Asmâ’ al-Husnâ itu sudah tercakup dalam sifat wajib yg dirumuskan ulama Ahlussunnah wal Jama’ah. Sebagaimana dalam al-Maqshad al-Asna Imam al-Ghazali (450-505 H/1058-1111 M) menulis pasal khusus tentang rasionalisasi kembalinya al-Asmâ’ al-Husnâ pada Dzat Allah (sifat wujud) dan tujuh sifat ma’ani sesuai akidah Ahlussunnah Wal Jama’ah.  Lebih lanjut Imam al-Ghazali (450-505 H/1058-1111 M) dalam al-Maqshad al-Asnâ fî Syarh Asmâ’ Allah al-Husnâ menjelaskan, meskipun nama al-Asmâ’ al-Husnâ sangat banyak, namun sec