41. HUKUM AKAL

PENGERTIAN HUKUM AQLI
Syaikh Ibrāhīm al-Laqqānī berkata:

فَكُلُّ مَنْ كُلِّفَ شَرْعًا وَجَبَاعَلَيْهِ أَنْ يَعْرِفَ مَا قَدْ وَجَبَا
للهِ وَ الْجَائِزَ وَ الْمُمْتَنِعَاوَ مِثْلُ ذَا لِرُسْلِهِ فَاسْتَمِعَا.
“Setiap mukallaf secara syariat wajib mengetahui perkara yang Wajib bagi Allah, ja’iz, dan yang dilarang (mustahil).
Dan (wajib pula mengetahui perkara wajib, ja’iz, dan mustahil) bagi para rasul-Nya, maka hendaklah engkau dengarkan.”.

Hukum akal ada tiga :

اَلْوَاجِبُ هُوَ: الَّذِى لاَ يُمْكِنُ عَدَمُهُ
( wajib adalah yang tak mungkin tidak ada)     
اَلْمُسْتَحِيْلُ هُوَ: الَّذِى لاَ يُمْكِنُ وُجُوْدُهُ
( Mustahil adalah yang tak mungkin ada)                     
اَلْجَائِزُ هُوَ: الَّذِى يُمْكِنُ وُجُوْدُهُ وَعَدَمُهُ
( Jaiz adalah yang mungkin ada dan tidak ada)           

Setiap laki-laki dan perempuan yang telah mukallaf, berumur 15 tahun, sempurna akalnya, telah sampai syi‘ar Islam kepadanya, secara syariat wajib mengetahui dan meyakini hal-hal yang wajib, ja’iz, dan mustahil bagi Allah s.w.t. Maksudnya, mengetahui sifat wajib, ja’iz, dan mustahil bagi Allah menurut hukum ‘aqli (akal). Dan juga wajib mengetahui sifat wajib, ja’iz, dan mustahil bagi para rasul Allah. Dengarkanlah masalah ini!

Penjelasan

Dari dua bait ini engkau akan mengetahui bahwa batasan hukum ‘aqli (akal) ada 3. Sebagaimana perkataan Imām as-Sanūsī dalam kitab Umm-ul-Barāhīn (191): “Ketahuilah, hukum ‘aqli diringkas dan dibagi menjadi 3 bagian, tidak lebih:

Wajib.
Mustahil.
Ja’iz.
Hukum ‘aqli adalah menetapkan sesuatu pada sesuatu yang lain atau meniadakannya, tanpa harus berulang-ulang seperti hukum adat dan tanpa harus ada syarat, sebab, dan tidak adanya sesuatu yang mencegah seperti hukum syariat. [Silahkan baca tag aqidah tentang sifat 20]

Tarif/Definisi ‘Hukum(secara umum)
اثبا ت امرلامراونفيهءنه
Tetapnya suatu perkara atas perkara yg lain/Lepasnya
suatu perkara atas perkara yang lain.

Ta,rif/Definisi ‘Akal :

نور لطيف روحا ني تد رك به الفس العلو م الضرورية والنضرية ومحله القلب ونوره في الد ما غ وابتدا ئه من حين نفخ الروح فيالجنين واو ل كما له البلوغ
Sinar latif ruhani(sinar ruhani) yang dapat menemukan pengetahuan yang sulit maupun yang mudah.Tempatnya adalah Hati dan pancarannya di otak, pertama kali tumbuhnya adalah ketika ruhani manusia di tiupkan(oleh malaikat jibril) ke dalam janin(kandungan ibunya)dan mulai sempurna ketika dia menginjak usia baligh.( khoridatul bahiyyah hal 31 )

Jika di lihat dari’ penta,rifan ‘Hukum dan penta’rifan Akal di atas dapat diambil suatu kesimpulan tentang Ta’rif nya Hukum akal yaitu :

ta’rif/Definisi Hukum Akal ( Hukum Aqli ):

قال سيدي الشيخ عبد الله الهرري رحمه الله تعالى :

الحكم العقلي ثلاثة أقسام وجوب واستحالة وجواز.
فالواجب العقلي ما لا يتصور في العقل عدمه.
والمستحيل العقلي ما لا يتصور في العقل وجوده.
والجائز العقلي ما يتصور في العقل وجوده تارة وعدمه تارة.

وكل واحد من الأقسام الثلاثة إما ضروري وأما نظري.

فالواجب الضروري ما لا يحتاج في معرفته إلى فكر وتأمل ككون الجرم متحيزا أي شاغلا للفراغ وأن الواحد نصف الإثنين.
والنظري ما يعرف بالتأمل كتنزه الله عن المكان.

والمستحيل الضروري كخلو الجسم عن الحركة والسكون معا.
ومثال المستحيل النظري كون الله تعالى جرما يأخذ قدرا من الفراغ.

والجائز الضروري كاتصاف الجرم بخصوص الحركة مثلا فإن العقل يدرك ابتداء من دون تفكر ونظر صحة وجودها للجسم وعدمها.
ومثال الجائز النظري تعذيب المطيع الذي لم يعص فإن العقل يجيزه بالنظر لذاته ولكن يحيله لوعده الله له بالإنجاز من عذابه.

Telah berkata Sayidiy Syeih Abdullah  bin Muhammad Al _Harariy Al’ Abdari :

Bahwasanya apapun yang di temukan oleh akal (hukum akal), itu tidak keluar dari tiga sifat. Yakni  Adakalanya Wajib, Mustahi, atau Jaiz.

Menurut ta’rif yg lain;

menetapkan perkara pada perkara yang lainnya/melepaskan suatu perkara atas perkara lainnya serta tidak menunggu penganalisaan dari sering terjadi(hukum adi)dan tidak menunggu atas penetapan asy-syar,i(hukum syar,i)( khoridatul bahiyyah hal 23)

Fakta Hukum Akal
Hukum Akal tidk menunggu dari seringnya terjadi seperti pada Hukum adi(adat),juga tidak menunggu kepada adanya yang menetapkan seperti pada Hukum syar,i yang di tetapkan oleh Allah dan Rasulnya(Alqur,an&Alhadist).Akal menemukan/membenarkan adanya Tuhan(sang pencipta) sebelum adanya Risalah yang di bawa oleh para nabi dan setelah para Nabi di turunkan dengan Risalahnya ,Akal menyaksikan dan membenarkan hal tersebut yang di Alqur,an di sebut dengan Allah SWT.

Faktanya menemukannya si Akal terhadap perkara cuma menemukan/menghadapi’3 perkara saja yaitu 1.perkara yang wajib(pasti) 2. perkara yang mustahil 3.perkara yang jaiz(relatif). Dan ini mutlak berlaku bagi siapa saja manusia di planet bumi ini yang masih memiliki akal,baik mereka mengakui atau tidak mengakui tentang hal ini.kecuali mereka yang akalnya sudah tidak berfungsi lagi Alias “Gila”,Enak jadi orang gila mereka di bebaskan dari jeratan Hukum, baik Hukum Agama maupun Hukum negara,siapa yang mau ?..

Rincian Hukum Akal :
1.wajib : – sesuatu yang tidak di temukan akal tidak adanya
– sebaliknya di temukan hanya  adanya.
seperti menempatnya si jirim,gerak dan diamnya si jirim.

2.Mustahil: – sesuatu yang tidak di temukan akal adanya
– sebaliknya di temukan akal tidak adanya.
seperti tidak menempatnya si jirim, terpisahnya jirim dari arod, berkumpulnya gerak & diam dalam 1 jirim dalan 1 waktu.

3.jaiz : – sesuatu yang di temukan akal adanya dan tiadanya secara silih berganti.
adanya si jirim, dan tiadanya si jirim ( makhluk:Red )

Dengan penjelasan lain yaitu:

1 . Wajib ‘Aqal, yaitu barang yang tiada diterima oleh aqai akan tiadanya maka wajib adanya
(Zat, Sifat dan Af’al Allah)

2. Mustahil ‘Aqal, yaitu barang yang tiada diterima oleh aqal akan adanya maka mustahil
adanya (Segaia kebalikan daripada sifat yang wajib, sekutu)

3. Harus ‘Aqal, yaitu barang yang diterima oleh akal akan adanya atau tiadanya (Alam dan
segaia isinya yang baharu/diciptakan)

klasifikasi Hukum Akal
1.wajib aqli dhoruri
wajib yang tidak usah di pikir-pikir bagi akal untuk menemukannya,seperti menempatnya si jirim,gerak dan diamnya si jirim..

2.wajib aqli nadhori
wajib yang harus di pikir secara seksama untuk kita mengetahui perkaranya secara benar,seperti bukti adanya alam ini,wajib qudrat dan irodatnya Allah Swt..

Mustahil Dloruriy :Adalah siatu perkara yang di temukan mustahilnya oleh akal tanpa melalui berfikir sebagaimana contoh Benda tidak bergerak dan diam secara bersamaan.
Mustahil nadzori adalh yang ditemukan mustahilnya melalui proses berfikir sebagimana mengetahui mustailnya Allah ta’ala berrsifat benda,naik atau turun , duduk,berdiri , wajah dan lain sebagainya dari persamaan dengan perkara yang baru. AKal tidak secara tiba – tiba memustahilkan sebelum melalui berfikir dan melihat beberapa dalil akli.
Jaiz Dloruri :adalah perkara yang menemukan bolehnya tanpa melalui proses berfikir sebagaiman Benda sedang bergerak. akal mengesahkan tiadanya bergerak pada benda tersebut.
Jaiz nadzori : adalah perkara yang di temukan kebolehanya, melalui proses pemikiran,artinya dibutuhkan pemikiran dalil akli yang menunjukan kebolehanya.Misalnya, di siksanya seorang mukmin yang ta’at. Maka itu kalau di niisbatkan pada allah ta’ala adalah jaiz. Akan tetapi setelah akal melihat dalil syara’., maka akal menemukan mustahil hal itu terjadi karena janji allah subahanhu wa ta’ala terhadap keselamatan orang yang ta’aat lepadaNya. Berfikirlah..!
Pernyataan Hukum Wajib di sini yang di maksud adalah wajib menurut Hukum akal seperti wajib menempatnya si jirim,wajib barunya Alam,wajib qidam bagi Allah ta’ala dll ‘bukan wajib menurut kaidah Hukum Syar’i seperti wajibnya sholat 5 waktu,wajibnya puasa di bulan Ramadhan,wajib membayar zakat dll, dan bukan wajib menurut kaidah hukum Adat(adi)seperti wajib kenyang karena makan,wajib api membakar,wajib air mengalir ke tempat yang rendah dan sebagainya.

Pentingnya mempelajari Hukum Akal
Alqur,an telah mensinyalir pentingnya penggunaan Akal ini seperti dalam surat Albaqoroh 164 :

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ االلَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللّهُ مِنَ السَّمَاء مِن مَّاء فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang berakal.

Albaqoroh 190 :

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal..

Dan Hadist Rasulallah صلى الله عليه وآله وسلم

تفكرو ا في خلق الله ولاتفكرو افي الله فا نكم لن تقد روا قد ره
“Berfikirlah tentang makhluk ALLAH dan jangan sekali-kali berfikir tentang Dzat ALLAH,karena sesungguhnya kalian sudah tentu tidak akan dpt mencapai hakikatnya”.( H.R al-Ashbihani dan Abusy-Syaikh yg bersumber dari Ibnu Abbas )

Kalimat majaz ( metafora ) yang menggunakan kata Akal :
“Tidak masuk akal si budi terjatuh dari lantai 10 tidak mati’(maksudnya hukum adat/logika)
“Saya kehabisan akal untuk mencari dia” (maksudnya kasab ikhtiar/usaha)
“Anak itu akalnya hebat ,jadi juara kelas” (maksudnya pintar)
“Anak kecil itu belum punya Akal “(maksudnya belum baligh/belum dewasa)
“mengerjakan PR begitu saja salah,gunakan akalmu’ nak !”(maksudnya pikiranmu/berfikir)

Di dalam praktek kehidupan keseharianpun tidak terlepas dari pada “ Hukum” ‘ yaitu Hukum syar,i,hukum aqli(akal)&Hukum adi(adat).jika tidak mempelajari /memahami masalah Hukum (syar,i,aqli,adi)ini dengan benar akan terjadi pembolak-balikan hukum seperti hukum Aqli jadi hukum adi,hukum syar,i jadi hukum aqli begitu sebaliknya.jika Di dalam kehidupan keseharianpun akan mengalami kebingungan,ketersesatan apalagi di dalam hal-hal yang prinsip seperti memahami Aqidah. Alih-alih memahami aqidah dengan benar jika tidak mempelajari /memahami tentang masalah hukum dengan benar juga [Hukum syar,i,hukum aqli(akal)&Hukum adi(adat)]justru kita akan tersesat ke dalam pemahaman Aqidah yang keliru.

Postingan populer dari blog ini

31. 40 KAIDAH FIQIH UMUM (KULLIYAH)

68. KIFAYATUL AWAM