76. SEKILAS TENTANG MA'RIFAT
Ma’rifatullah atau “mengenal Allah” adalah fondasi agama. Adalah jalan menuju Allah ta’ala. Adalah tujuan dalam hidup manusia. Maka ma’rifatullah (mengenal Allah) adalah titik awal dan titik akhir bagi insan beragama. Oleh sebab itu tidaklah tepat bila ada ungkapan : “jangan mengajarkan ma’rifat sebelum murid belum benar-benar menjalani syariat, hakikat, toriqot”. Ma’rifat adalah titik awal dan titik akhir. Sebelum seorang hamba menjalankan syariat, tarikat dan hakikat ia harus tahu dulu siapakah Robbnya (ber-ma’rifatullah / mengenal Tuhannya). Begitupula saat menjalankan syariat, tarikat dan mendalami hakikat semua tetap difokuskan ke jalan ma’rifatullah.
Ada pula orang yang beranggapan bahwa iman, syariat, tarekot, hakikat, ma’rifat digambarkan seperti sebuah jenjang anak tangga. Syariat diposisikan ada pada anak tangga bawah, setelah menjalani syariat kemudian naik ke tangga tarekot, lalu naik ke hakikat lalu tangga ma’rifat. Akhirnya ada anggapan bila sudah sampai tangga hakikat dan ma’rifat lalu boleh meninggalkan tangga syariat (sholat, puasa dan hukum syariat lainnya). Sesungguhnya tidak ada ajaran semacam itu dalam jalan menuju ma’rifatullah.
Empat Dimensi Menuju Ma’rifat
Mencapai ma’rifat bisa melalui empat dimensi. Dimensi pertama memiliki dasar iman yang kuat. Dimensi kedua adalah menjalankan hukum syariat. Dimensi ketiga ditempuh dengan ajaran tarekat. Dimensi keempat mampu menggali hakikat. Keempatnya berjalan seiring bersama-sama, berjalan serempak, saling mendukung, membantu dan bekerja sama. Menuju puncaknya ma’rifatullah. Maka bangunan ma’rifat diibaratkan bangunan piramid.
Iman tergelar sebagai dasar (pondasi) piramida. Sebagai fundamen ma’rifatullah, tanpa iman tak akan mungkin mengenal Tuhan.
Syariat pilar pelaksana hukum agama. Hukum syariat merupakan tiang agama, jalankan perintah dan jauhi laranganNYA.
Thariqat pilar pencari jalan yang bersih. Sebagai upaya pembersih kalbu dari kotoran hawa nafsu.
Dimensi hakikat penggali inti ajaran yang jernih. Membahas tuntas inti masalah yang mendasari semua ajaran ma’rifatullah.
Masing-masing dimensi tidak berdiri sendiri-sendiri, keempatnya erat berkait, dan dilakukan bersama-sama. Persis seperti sedang menata batubata untuk membangun bangunan piramida. Sehingga tidak ada ajaran bila seorang kyai sudah ma’rifatullah kemudian boleh meninggalkan syariat. Sungguh itu jauh dari kebenaran jalan ma’rifatullah.
Pada hakekatnya tiada yang mengenal Allah kecuali hanya Allah sendiri. Pengenalan kepada Allah merupakan rahmat yang dilimpahkan kepada seluruh umat.