80. Abu nawas al itiraaf pengakuan

Al-I’tiraaf – Sebuah pengakuan.
ِﺇِﻟﻬِﻲ ﻟََﺴْﺖُ ﻟِﻠْﻔِﺮْﺩَﻭْﺱِ ﺃَﻫْﻼَ # ﻭَﻻَ ﺃَﻗﻮﻯ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨّﺎﺭِ ﺍﻟﺠَﺤِﻴﻢ
Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan wa laa aqwaa ‘alaa naaril jahiimi
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim
ﻓﻬَﺐْ ﻟِﻲ ﺗَﻮْﺑَﺔً ﻭَﺍﻏْﻔِﺮْ ﺫﻧﻮﺑِﻲ # ﻓَﺈﻧّﻚَ ﻏَﺎﻓِﺮُ ﺍﻟﺬﻧْﺐِ ﺍﻟﻌَﻈِﻴْﻢ
Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafirudzdzambil ‘azhiimi
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar
ﺫﻧﻮﺑِﻲ ﻣِﺜﻞُ ﺃَﻋْﺪَﺍﺩٍ ﺍﻟﺮّﻣَﺎﻝِ # ﻓَﻬَﺐْ ﻟِﻲ ﺗَﻮْﺑَﺔً ﻳَﺎﺫَﺍﺍﻟﺠَﻼَﻝ
Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali
Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan
ﻭَﻋُﻤْﺮِﻱ ﻧَﺎﻗِﺺٌ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﻳَﻮْﻡٍ # ﻭَﺫﻧْﺒِﻲ ﺯَﺍﺋِﺪٌ ﻛَﻴﻒَ ﺍﺣْﺘِﻤَﺎﻟِﻲ
Wa ‘umrii naaqishun fii kulli yaumi wa dzambii zaa-idun kaifah timaali
Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya
َﺇﻟﻬﻲ ﻋَﺒْﺪُﻙَ ﺍﻟﻌَﺎﺻِﻲ ﺃَﺗَﺎﻙَ # ﻣُﻘِﺮًّﺍ ﺑِﺎﻟﺬﻧﻮﺏِ ﻭَﻗَﺪْ ﺩَﻋَﺎﻙ
Ilaahii ‘abdukal ‘aashii ataaka muqirran bidzdzunuubi wa qad da’aaka
Wahai, Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu
َﻓَﺈِﻥْ ﺗَﻐْﻔِﺮْ ﻓَﺄﻧْﺖَ ﻟِﺬﺍﻙ ﺃَﻫْﻞٌ # ﻓَﺈﻥْ ﺗَﻄْﺮُﺩْ ﻓَﻤَﻦْ ﻧَﺮْﺟُﻮ ﺳِﻮَﺍﻙ
Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun wa in tathrud faman narjuu siwaaka
Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?

Tentang shalawat

Imam Al Qurtubi dalam kitab Tafsir Al Qurtubi menjelaskan shalawat Allah kepada Rasulullah bukanlah doa, melainkan bentuk rahmat dan keridhaan-Nya. Sholawatnya para malaikat berarti permohonan ampunan mereka bagi Rasulullah.
Sedangkan sholawatnya umat Islam adalah doa sekaligus pengagungan atas kedudukan Rasulullah SAW. Sehingga, sholawat yang disampaikan Allah, malaikat, dan umat Islam memiliki makna yang berbeda satu dengan lainnya.

Imam Baidlowi dalam tafsirnya menyampaikan bahwa Allah dan para malaikat bershalawat kepada Nabi artinya memberikan perhatian dalam menampakkan kemuliaan beliau dan mengagungkan kedudukannya. Sedangkan perintah kepada orang-orang mukmin untuk bershalawat kepada beliau berarti perintah agar mereka ikut serta memperhatikan pengagungan tersebut karena mereka lebih selayaknya mengagungkan Baginda Rasulullah dengan membaca shalawat Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad. (Nashirudin Al-Baidlowi, Anwârut Tanzîl wa Asrârut Ta’wîl, 2000 [Damaskud: Darur Rosyid], Jil. III, hal. 94)

Dalam hal ini Imam Fakhrudin Ar-Razi di dalam kitab tafsir Mafâtîhul Ghaib
menjelaskan:
ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻟَﻴْﺲَ ﻟِﺤَﺎﺟَﺘِﻪِ ﺇِﻟَﻴْﻬَﺎ ﻭَﺇِﻟَّﺎ ﻓَﻠَﺎ ﺣَﺎﺟَﺔَ ﺇِﻟَﻰ ﺻَﻠَﺎﺓِ ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔِ ﻣَﻊَ ﺻَﻠَﺎﺓِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻫُﻮَ ﻟِﺈِﻇْﻬَﺎﺭِ ﺗَﻌْﻈِﻴﻤِﻪِ، ﻛَﻤَﺎ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺃَﻭْﺟَﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﺫِﻛْﺮَ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﻭَﻟَﺎ ﺣَﺎﺟَﺔَ ﻟَﻪُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ، ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻫُﻮَ ﻟِﺈِﻇْﻬَﺎﺭِ ﺗَﻌْﻈِﻴﻤِﻪِ ﻣِﻨَّﺎ ﺷَﻔَﻘَﺔً ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻟِﻴُﺜِﻴﺒَﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
Artinya: “Bershalawat kepada Nabi bukanlah karena kebutuhan beliau kepadanya. Bila Nabi membutuhkan shalawat maka tak ada kebutuhan terhadap shalawatnya malaikat yang bersamaan dengan shalawatnya Allah kepada beliau. Shalawat itu hanya untuk menampakkan pengagungan terhadap beliau, sebagaimana Allah memerintahkan kita untuk mengingat Dzat-Nya sementara Allah tak memeiliki kebutuhan untuk diingat. Hal itu semata-mata karena untuk menampakkan sikap pengagungan terhadap beliau dari kita dan untuk Allah memberikan ganjaran bagi kita atas pengagungan tersebut.” (Fakhrudin Ar-Razi, Mafâtîhul Ghaib, 2000 [Beirut: Darul Fikr, 1981], Jil. XXV, hal. 229)

Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda:
ﻣَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﻋَﻠَﻲَّ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻋَﺸْﺮًﺍ
Artinya: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.”

Postingan populer dari blog ini

31. 40 KAIDAH FIQIH UMUM (KULLIYAH)

68. KIFAYATUL AWAM