49. SHALAT JENAZAH DAN RENUNGAN KEMATIAN

a. Syarat Sholat Jenazah
Menutup aurat, suci dari hadats besar dan kecil, bersih badan, pakaian dan tempat dari najis serta menghadap kiblat. Hal ini sama seperti sholat biasa.
Jenazah telah dimandikan dan dikafankan.
Letak jenazah di sebelah kiblat orang yang menshalatkan kecuali sholat ghoib.

b. Rukun Sholat Jenazah
Niat
Berdiri bagi yang mampu.
Takbir 4 kali.
Membaca surat Al Fatihah.
Membaca sholawat kepada Nabi.
Mendo'akan mayat.
Memberi salam.

c. Sunnat Sholat Jenazah
Mengangkat tangan pada tiap-tiap takbir (4 takbir)
Merendahkan suara bacaan (sirr)
Membaca ta'awudz
Disunnahkan banyak pengikutnya
Memperbanyak shaf

Bacaan Niat dan Bacaan Sholat Jenazah
Bagi waria/ bencong, maka tanyakan jenis kelamin kepada keluarga saat si mayit dilahirkan,
1.a) Bacaan niat sholat  jenazah untuk jenazah Laki-laki

اُصَلِّيْ عَلىَ هَذَا اْلَميِّتِ ِللهِ تَعَالَى

USHALLII 'ALAA HAADZAL MAYYITI LILLAHI TA'AALAA

Artinya :
"Saya niat menshalatkan mayyit (laki-laki) ini, karena Allah Ta'aala."

Anak laki laki di sebut mayitit tifli, perempuan msyyitatit tifli.

Posisi imam
Mayit laki laki sejajar kepala
Msyit perempuan sejajar perut

1.b) Bacaan niat sholat  jenazah untuk jenazah Perempuan

اُصَلِّيْ عَلىَ هَذِهِ اْلَميِّتَةِ ِللهِ تَعَالَى

USHALLII 'ALAA HAADZIHIL MAYYITATI LILLAHI TA'AALAA

Artinya :
"Saya niat menshalatkan mayyit (perempuan) ini, karena Allah Ta'aala."

2. Bacaan Sholat Jenazah setelah takbir pertama

Sebelum membaca basmallah pada Surat  Al Fatihah, membaca Ta'awudz terlebih dahulu

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الَّرجِيْمِ

A'UUDZUBILLAHI MINASY SYAITHAANIRRAJIIM(I)

Artinya :
"Aku berlindung dari syaitan yang terkutuk"

3. Bacaan Sholat Jenazah setelah takbir Kedua

أللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ إِبْرَاهِيْمَ فِى اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ

ALLAHUMMA SHALLI 'ALAA MUHAMMADIN WA 'ALAA AALI MUHAMMADIN KAMAA SHALLAITA 'ALAA IBRAAHIMM(A) WA 'ALAA AALI IBRAHIMM(A) WA BAARIK 'ALAA MUHAMMADIN WA 'ALAA AALI MUHAMMADIN KAMAA BAARAKTA 'ALAA IBRAAHIMM(A) WA 'ALAA AALI IBRAAHIMM(A) FIIL'AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MJIIDU(UN)

Artinya :
“Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Berilah berkah kepada Muhammad dan keluarganya (termasuk anak dan istri atau umatnya), sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.”

4. Bacaan Sholat Jenazah setelah takbir Ketiga

Untuk Jenazah Laki-Laki

الَّلهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وأَكْرِمْ نُزُوْلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِمَاءٍ وثَلْجٍ وَبَرَدٍ وَنَقِّهِ مِنَ اْلخَطَايَا كَمَا يُنَقَى الثَوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وأََهْلًا خَيْراً مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْراً مِنْ زَوْجِهِ وَقِهِ فِتْنَةَ القَبْرِ وَعَذَابَ النَّارِ

ALLAHUMMA AGFIRLAHUU WARHAMHUU WA 'AAFIHII WAA'FU 'ANHUU WA AKRIM NUZUULAHUU WA WASSI' MADKHALAHUU WAAGSILHU BIMAA-IN WA TSALJIN WA BARADIN WA NAQQIHII MINAL KHATHAAYAA KAMAA YUNAQIITS TSAUBUL ABYADHU MINADDANASI WA ABDIL-HU DAARAN KHAIRAN MIN DAARIHI WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLIHI WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHI WA QIHI FITNATAL QABRI WA 'ADAZAABANNAAR(I)

Artinya :
"Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, ampunilah kesalahannya, muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburannya, cucilah kesalahannya dengan air, es dan embun  sebagaimana mencuci pakaian putih dari kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, gantilah istrinya dengan istri yang lebih baik, hindarkanlah dari fitnah kubur dan siksa neraka."

Untuk Jenazah Perempuan

الَّلهُمَّ اغْفِرْ لَهَا وَارْحَمهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا وأَكْرِمْ نُزُوْلَهَا وَوَسِّعْ مَدْخَلَهَا وَاغْسِلْهَا بِمَاءٍ وثَلْجٍ وَبَرَدٍ وَنَقِّهَا مِنَ اْلخَطَايَا كَمَا يُنَقَى الثَوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وأَبْدِلْهَا دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهَا وأََهْلًا خَيْراً مِنْ أَهْلِهَا وَزَوْجًا خَيْراً مِنْ زَوْجِهَا وَقِهِهَا فِتْنَةَ القَبْرِ وَعَذَابَ النَّارِ

ALLAHUMMA AGFIRLAHAA WARHAMHAA WA 'AAFIHAA WAA'FU 'ANHAA WA AKRIM NUZUULAHAA WA WASSI' MADKHALAHAA WAAGSILHAA BIMAA-IN WA TSALJIN WA BARADIN WA NAQQIHAA MINAL KHATHAAYAA KAMAA YUNAQIITS TSAUBUL ABYADHU MINADDANASI WA ABDIL-HAA DAARAN KHAIRAN MIN DAARIHIAA WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLIHAA WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHAA WA QIHI HAA FITNATAL QABRI WA 'ADAZAABANNAAR(I)

Artinya :
"Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, ampunilah kesalahannya, muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburannya, cucilah kesalahannya dengan air, es dan embun  sebagaimana mencuci pakaian putih dari kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, gantilah suaminya dengan suami yang lebih baik, hindarkanlah dari fitnah kubur dan siksa neraka."

5. Bacaan Sholat Jenazah setelah takbir Keempat

اَلَّلهُمّ لاَتَحْرِمْنا أَجْرَهُ وَلاَتَفْتِِنَّا بَعْدَهُ

ALLAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUU WA LAA TAFTINNAA BA'DAH(U)

Artinya :
"Ya Allah, janganlah Engkau haramkan Kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah pada kami setelah kematiannya."

اَلَّلهُمّ لاَتَحْرِمْنا أَجْرَهَا وَلاَتَفْتِِنَّا بَعْدَهَا

ALLAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHAA WA LAA TAFTINNAA BA'DAHAA

Artinya :
"Ya Allah, janganlah Engkau haramkan Kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah pada kami setelah kematiannya."

6. Salam

Setelah membaca doa takbir ke empat, dilanjutkan dengan membaca salam ke kanan dan ke kiri.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

ASSALAAMU'ALAIKUM WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH(U)

Artinya :
"Keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan-Nya semoga untuk kalian semua"

Niat untuk shalat Ghaib:

اُصَلِى عَلىَ المَيِّتِ/المَيِّتَةِ (فُلاَنٍ/فُلاَنَةٍ) اْلغَائِبِ/الْغَائِبَةِ اَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ اْلِكفَايَةِ للهِ تعالى

Doa Untuk Mayat Anak Kecil

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًاوَذُخْرًالِوَالِدَيْهِ وَشَفِيْعًامُجَابًا اَللّٰهُمَّ ثَقِّلْ بِهِم مَوَازِيْنِهِمَاوَاَعْظِمْ بِهِ اُجُوْرَهُمَا وَاَلْحِقْهُ بِصَالِحِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاجْعَلْهُ فِىْ كَفَا لَةِ اِبْرَاهِيْمَ وَقِهِ بِرَحْمَتِكَ عَذَابَ الْجَحِيْمِ.

Allaahummaj’alhu farathan wa dzukhran liwalidaihi wa syafii’an mujaaban Allaahumma tsaqqil bihim mawaziinihimaa wa a’dhim bihi ujuurahumaa wa alhiqhu bishaalihil mu’miniina waj’alhu fii kafaalati ibrahiima waqihi birahmatika ‘adzabal jahiimi.

Dibaca setelah doa memintakan ampun.
“Ya Allah, jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala dan simpanan bagi kedua orangtuanya dan pemberi syafaat yang dikabulkan doanya. Ya Allah, dengan musibah ini, beratkanlah timbangan perbuatan mereka dan berilah pahala yang agung. Anak ini kumpulkan dengan orang-orang yang shaleh dan jadikanlah dia dipelihara oleh Nabi Ibrahim. Peliharalah dia dengan rahmat-Mu dari siksaan neraka jahim.”

Adalah Al Hasan membaca Al Fatihah kepada mayat yang masih kecil dan membaca:

اللّٰهُمَّ اجْعَلْهُ لَنَا فَرَطًاوَسَلَفًا وَاَجْرًا

Allaahummaj’alhu lanaa farathan wasalafan wa ajran.

“Ya Allah, jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan amal baik bagi kami (karena kami bisa bersabar).”

KEUTAMAAN JENAZAH YANG DISHOLATKAN OLEH ORANG YANG BERTAUHID

449- ﻭَﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ ﺭَﺿِﻲَ ﺍَﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ : ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺍَﻟﻨَّﺒِﻲَّ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻳَﻘُﻮﻝُ : - ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﺭَﺟُﻞٍ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻳَﻤُﻮﺕُ , ﻓَﻴَﻘُﻮﻡُ ﻋَﻠَﻰ ﺟَﻨَﺎﺯَﺗِﻪِ ﺃَﺭْﺑَﻌُﻮﻥَ ﺭَﺟُﻠًﺎ , ﻟَﺎ ﻳُﺸْﺮِﻛُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺷَﻴْﺌًﺎ , ﺇِﻟَّﺎ ﺷَﻔَّﻌَﻬُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓِﻴﻪِ - ﺭَﻭَﺍﻩُ ﻣُﺴْﻠِﻢٌ

dari Ibnu Abbas radhiyallaahu anhuma ia berkata: Saya mendengar Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda: Tidaklah seorang lelaki muslim meninggal, kemudian disholatkan jenazahnya oleh 40 laki-laki yang tidak mensekutukan Allah dengan suatu apapun kecuali Allah akan memberikan syafaat mereka kepadanya (riwayat Muslim)

ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻣَﻴِّﺖٍ ﺗُﺼَﻠِّﻲ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃُﻣَّﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ ﻳَﺒْﻠُﻐُﻮﻥَ ﻣِﺎﺋَﺔً ﻛُﻠُّﻬُﻢْ ﻳَﺸْﻔَﻌُﻮﻥَ ﻟَﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﺷُﻔِّﻌُﻮﺍ ﻓِﻴﻪِ

Tidaklah suatu jenazah disholatkan oleh kaum muslimin yang mencapai seratus orang seluruhnya memberi syafaat (dengan sholat) kepadanya, kecuali ia diampuni (dengan sebab syafaat sholat orang-orang tersebut)(H.R Muslim ‏)

ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻳَﻤُﻮﺕُ ﻓَﻴُﺼَﻠِّﻲ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔُ ﺻُﻔُﻮﻑٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻭْﺟَﺐَ

Tidaklah ada seorang muslim yang meninggal kemudian disholatkan oleh 3 shaf kaum muslimin kecuali wajib baginya (surga)(H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan oleh al-Hakim disepakati adz-Dzahaby, dihasankan oleh anNawawy, disepakati oleh al-Hafidz Ibnu Hajar)

Para Ulama’ menjelaskan bahwa keutamaan itu bisa didapatkan dengan jumlah 3 shaf, 40 orang, atau 100 orang. Tiga shaf adalah batasan minimal, semakin banyak jamaah, semakin baik (Syarh Shahih Muslim karya anNawawy (7/17)).

Berapapun jumlah minimal yang tercapai, syaratnya adalah orang yang mensholatkan tidak pernah menyekutukan Allah dengan suatu apapun.

HAKIKAT KEMATIAN MENURUT IMAM AL-GHAZALI

Dalam kitab Dzikr Al-Maut, Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali mengungkapkan, "Ketahuilah bahwa manusia memendam gagasan yang lancang dan keluru tentang hakikat kematian.

Sebagian orang mengira kematian sebagai kesirnaan atau kelenyapan. Dianggap tidak ada kebangkitan atau pengumpulan, juga tidak ada pembalasan atas kebaikan ataupun kejahatan.

Kematian manusia dianggap seperti kematian hewan dan atau seperti keringnya daun atau tanaman. Ini adalah pandangan kaum ateis (al-Mulhidin) dan mereka tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir.

Ada juga kelompok yang berpendapat bahwa manusia yang mati itu akan sirna sehingga selama tinggal di dalam kubur dia tidak menderita siksaan ataupun menikmati pahala suatu amal baik sampai dia dibangkitkan kembali di hati Pengumpulan.

Kelompok yang lain berpandangan bahwa ruh manusia itu abadi dan tidak musnah bersama kematian, bahkan ruh itulah yang menjadi objek pemberian pahala atau penjatuhan siksa tanpa jasad yang sama sekali tidak dibangkitkan kembali.

Semua anggapan ini adalah keliru dan menyimpang dari kebenaran. Hal ini karena akal sehat, ayat-ayat Al-Qur'an dan banyak Hadis bersaksi bahwa kematian berarti perubahan keadaan, dan bahwa setelah kematian jasad, maka ruh manusia tetap hidup dan merasakan siksaan ataupun kebahagiaan.

Artinya perpisahan ruh dengan jasad adalah bahwa ruh sama sekali tidak lagi efektif bagi jasad. Karena itu, jasad pun tak lagi tunduk pada perintah-perintahnya.

Sesungguhnya, anggota badan adalah alat ruh, yang dipakai ruh untuk menggerakkan tangan, mendengar dengan telinga, melihat dengan mata, dan mengetahui hakikat dengan kalbunya.

Kalbu disini hanya ungkapan lain untuk "ruh". Sedangkan ruh sendiri mampu mengungkapkan berbagai hal tanpa harus menggunakan perantara alat tertentu. Itulah sebabnya dia bisa mengenyam rasa sedih dan duka nestapa. Dengan cara yang sama, dia juga mengecap rasa senang dan gembira. Semua itu tidak bergantung pada anggota tubuh.

Jadi, semua yang ada pada ruh akan tetap berada bersamanya setelah dipisahkan dari jasad. Sedangkan yang timbul sebagai akibat keterkaitannya dengan anggota-anggota tubuh akan lenyap bersamaan dengan matinya jasad hingga tiba saatnya ruh dikembalikan pada jasadnya.

Bukanlah hal yang mustahil untuk mengatakan bahwa di alam kubur, ruh akan dipersatukan kembali dengan jasad, dan tidak mustahil pula bahwa penyatuan itu akan ditunda hingga datangnya hari kiamat.
Allah lebih mengetahui hal yang telah ditetapkan-Nya atas setiap hamba.

Tidak lagi berfungsinya jasad setelah kematian sama dengan tidak berfungsinya anggota-anggota tubuh tertentu semasa hidup seseorang karena telah rusaknya daya keseimbangan, atau adanya kehancuran pada urat-urat atau sel-sel sehingga menghalangi ruh untuk meresap ke dalamnya. Dalam keadaan itu, ruh yang mempunyai daya pengetahuan, berpikir dan merasa tetaplah ada, dan tetap memfungsikan sebagian anggota badan tapi tak mampu mengfungsikan sebagian yang lain.

Kematian adalah ungkapan tentang tak berfungsinya semua anggota tubuh yang memang merupakan alat-alat ruh. Yang dimaksud dengan ruh disini adalah abstraksi yang dengannya manusia menyerap pengetahuan, rasa sakit, dan lezatnya kebahagiaan. Lalu, meskipun daya kerjanya pada anggota-anggota badan telah hilang, namun pengetahuan dan pemahaman tersebut tidaklah rusak. Begitu pula kemampuannya mencerap rasa gembira, sedih, rasa sakit, atau senang.

Ruhlah yang menjadi esensi manusia, dan karena itu ruh bersifat abadi. Dan, pada saat kematian, ruh mengalami dua perubahan.
Pertama, ruh terpisah dari mata, telinga, kaki dan semua anggota tubuh, seperti halnya dia terpisah dari keluarga, anak dan istri, rekan, pelayan dan semuanya. Tak ada perbedaan antara apakah dia meninggalkan mereka atau mereka meninggalkannya.
Sesungguhnya makna kematian adalah terpisahnya seseorang dari kekayaannya sehubungan dengan perpindahannya ke alam lain yang sama sekali berbeda dengan dunia ini. Jika di dunia ini dia memiliki sesuatu yang disenangi, dia nikmati dan selalu dia cari, maka rasa sesalnya setelah mati akan bertambah besar dan perpisahan dengannya akan semakin berat.

Perubahan kedua terletak pada kenyataan bahwa dengan kematian, terungkaplah segala hal yang tidak bisa diungkapkan kepadanya pada masa hidup, seperti yang sering kali terungkap kepada orang yang terbangun dari tidur, banyak hal-hal yang masih tersembunyi baginya pada saat dia masih tertidur, karena "semua manusia dalam keadaan tidur dan kematianlah yang akan menyadarkannya."
---Imam Al-Ghazali dalam kitab Dzikr al-Mawt, Ihya Ulumuddin.

Postingan populer dari blog ini

31. 40 KAIDAH FIQIH UMUM (KULLIYAH)

23. SYAIKH AHMAD BADAWI AR RIFAI'