33. MARI BERTASHAWWUF

Rasûlullah SAW bersabda;

مَنْ سَمِعَ صَوْتَ اَهْلِ الصُّوْفِ يَدْعُوْنَ فَلَمْ يُؤْمِنْ عَلَى دُعَائِهِمْ كُتِبَ مِنَ الْغَافِلِيْنَ

Barangsiapa mendengar suara ahli tasawuf yang sedang berdo’a dan dia tidak mengucapkan amin atas do’anya maka dia termasuk golongan orang yang lalai, (Tahdzîb al-Asrâr fî Ushûl al-Tasawuf, halaman: 11).

Pokok - Pokok Ilmu Tasawuf

1. Ta'rif / had / definisi ilmu tasawuf (حده):

هو علم يعرف به أحوال النفس و صفاتها الذميمة و الحميدة ِ

Artinya: "Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara mengetahui tingkah-tingkah atau keadaan-keadaan (kondisi) nafsu dan sifat-sifatnya, baik sifat-sifat yang tercela maupun sifa-sifat yang terpuji".

2. Objek atau sasaran ilmu tasawuf (موضوعه):

هو النفس من حيث ما يعرض لها من الأحوال و الصفات

Artinya: "Isi ilmu tasawuf adalah nafsu dari sesuatu yang muncul dari keadaan-keadaan dan sifat-sifat manusia.

3. Buah ilmu tasawuf (ثمرته):

هو التوصل به الى تحلية القلب عن الأغيار و تحليته بمشاهدة الملك الغفار

Artinya: "Buah mempelajari ilmu tasawuf adalah seseorang dapat menghiasi hatinya dengan melakukan amal-amal perbuatan yang bersifat terpuji, meninggalkan dari berbagai macam perubahan hati yang bersifat tercela dan dapat bermusyahadah (menyaksikan) Dzat Yang Maha Menguasai, Yang Maha Pengampun" (Allah swt)."

4. Hukum mempelajari ilmu tasawuf (حكمه): 

هو الوجوب العيني على كل مكلف, و ذلك لأنه كما يجب تعلم ما يصلح الظاهر , كذلك يجب تعلم ما يصلح الباطن

Artinya: " Hukumnya wajib 'ain bagi setiap mukallaf (orang yang diperintah syara'). Kewajiban mempelajari ilmu tasawut tersebut harus segera dilaksanakan seperti hukumnya wajib mempelajari tentang sesuatu yang dapat memperbaiki anggota tubuh, baik anggota tubuh yang bersifat lahir, maupun anggota tubuh yang bersifat bathin".

5. Keutamaan ilmu Tasawuf (فضله):

هو فوقانه على سائر العلوم من جهة انه يوصل الى ما ذكر

Artinya: " Keutamaan ilmu tasawuf dengan ilmu-ilmu lainnya adalah ilmu tasawuf berada di atas ilmu-ilmu selainnya dari segi bahwa ilmu tasawuf itu dapat menghantarkan seseorang yang mempelajarinya dapat menghiasi hatinya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji dan dapat wushul atau sampai kepada Dzat Yang Maha Kuasa."

6. Hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu-ilmu lain (نسبته للعلوم):

هي أنه أصل كل علم و ما سواه فرع , و نسبته للباطن كنسبة الفقه الى الظاهر

Artinya: "Hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu-ilmu lainnya adalah ilmu tasawuf itu pokok dari setiap ilmu, sedangkan selainnya (ilmu tasawuf) adalah cabang. Dan hubungan ilmu tasawuf kepada sesuatu yang bersifat bathin (yang samar) seperti hubungan ilmu fiqih kepada sesuatu yang bersifat zhohir (yang tampak)."

7. Tokoh-tokoh ilmu tasawuf ( واضعوه):

هم الأئمة الأعيان, العارفون بربهم المنان

Artinya: "Imam-imam pada zamannya masing-masing (seperti Imam Junaedi, Imam Ghazali, dsb), yaitu orang-orang makrifat kepada Allah Yang Maha Pemberi Anugerah."

8. Pengambilan ilmu tasawuf (استمداده): 

هو من كلام الله و كلام رسوله سيدنا ولد عدنان صلى الله عليه و سلم و ذوي اليقين و العرفان

Artinya: "Ilmu Tasawuf diambil dari Kalamullah (Al-Qur'an) dan kalam Rasul-Nya (Hadits Nabi) Sayyidina putera 'Adnan saw, orang-orang yang ahli yaqin, dan orang-orang makrifat."

9. Masalah-masalah ilmu tasawuf (مسائله): 

هي قضاياه التى يبحث فيها عن عوارضه الذاتية كالفناء و البقاء و المراقبة و غير ذلك

Artinya: "Masalah-masalah yang terkandung di dalam ilmu tasawuf adalah keterangan-keterangan yang membahas tentang esensi sesuatu yang muncul di dalam diri seseorang, seperti fana' (leburnya hati dengan Yang Maha Kuasa), baqa' (kekal), muraqabah (perasaan selalu diawasi Allah swt), dan sebagainya."

Pada hakikatnya upaya kaum Zionis Yahudi menjauhkan kaum muslim dari tasawuf adalah dalam rangka merusak akhlak kaum muslim sebagaimana mereka menyebarluaskan pornografi, gaya hidup bebas, liberalisme, sekulerisme, pluralisme, hedonisme dan lain lain.

Salah satu contoh penghasutnya adalah perwira Yahudi Inggris bernama Edward Terrence Lawrence yang dikenal oleh ulama jazirah Arab sebagai Laurens Of Arabian. Laurens menyelidiki dimana letak kekuatan umat Islam dan berkesimpulan bahwa kekuatan umat Islam terletak kepada ketaatan dengan mazhab (bermazhab) dan istiqomah mengikuti tharikat-tharikat tasawuf. Laurens mengupah ulama-ulama yang anti tharikat dan anti mazhab untuk menulis buku buku yang menyerang tharikat dan mazhab. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dibiayai oleh pihak orientalis.

Letnan Kolonel Thomas Edward Lawrence, CB, DSO (16 Agustus 1888 [5] - 19 Mei 1935), yang dikenal profesional sebagai TELawrence, adalah seorang perwira Angkatan Darat Inggris terkenal terutama untuk peran penghubung selama Revolusi Arab melawan kekuasaan Ottoman Turki tahun 1916 - 18, konon selanjutnya terlibat dalam pendirian kerajaan saudi arabia.

Luas pengaruhnya luar biasa dalam berbagai kegiatan dan asosiasi, dan kemampuannya untuk menggambarkan mereka jelas secara tertulis, yang dia ketenaran internasional sebagai Lawrence of Arabia, judul dipopulerkan oleh film 1962 berdasarkan hidupnya.
Lawrence citra publik adalah karena sebagian reportase sensasional Amerika jurnalis Lowell Thomas ’pemberontakan sertauntuk otobiografi account Tujuh Lawrence Pilar Kebijaksanaan(1922).

ASAL USUL KATA TASAWUF

Dalam kitab Mizan Al Qubra yang dikarang oleh Imam Asy Sya’rany ada sebuah hadits yang menyatakan :
ان شريعتي جا ئت على ثلاثما ئة وستين طريقة ما سلك احد طريقة منها الا نجا .(ميزان الكبرى للامام الشعرني : 1 / 30)

Inna syaRiati ja-at 'alaa salasa miati wasittina thoriqotin maa salaka ahada thoriqotin minhaa illaa naja.

“Sesungguhnya syariatku datang dengan membawa 360 thariqah (metoda pendekatan pada Allah), siapapun yang menempuh salah satunya pasti selamat”. (Mizan Al Qubro: 1 / 30 )

Dalam riwayat hadits yang lain dinyatakan bahwa :

ان شريعتي جائت على ثلاثمائة وثلاث عشرة طريقة لا تلقى العبد بها ربنا الا دخل الجنة ( رواه الطبرني )

Inna syariati ja-at salasa miati wasalasa asarota thoriqotin laa talqil'abdu illa robbanaa illa dakholal jannah.

“Sesungguhnya syariatku datang membawa 313 thariqoh (metode pendekatan pada Alloh), tiap hamba yang menemui (mendekatkan diri pada) Tuhan dengan salah satunya pasti masuk surga”. (HR. Thobroni)

Lafal kata tasawuf merupakan mashdar (kata jadian ) bahasa arab dari fi’il (kata kerja) menjadi . kata merupakan (kata kerja tambahan dan huruf), yaitu ‘ta’ dan ‘tasydid’, yang sebenarnya berasal dari (kata kerja asli dari tiga huruf), yang berbunyi menjadi (mashdar); artinya ‘mempunyai bulu yang banyak’. Perubahan dari kata menjadi kata
yang dalam kaidah bahasa arab, berarti (menjadi) berbulu yang banyak, dengan arti sebenarnya adalah menjadi sufi yang ciri khas pakaiannya selalu terbuat dari bulu domba (wol).

Para ahli berpendapat bahwa asal usul kata tasawuf dibagi menjadi :

Pertama : tasawuf berasul dari shuf, yang berarti “wol kasar” karena orang-orang sufi selalu memakai pakaian tersebut sebagai lambang kesederhanaan.

Kedua : tasawuf berasal dari akar kata shafa’, yang berarti bersih. Disebut sufi karena hatinya tulus dan bersih dihadapan tuhannya, tujuan sufi adalah membersihkan batin melalui latihan-latihan yang lama dan ketat.

Ketiga : tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan ahl- assuffah, yaitu orang-orang yang tinggal disuatu kamar disamping dimasjid Nabi di Madinah.

Keempat : tasawuf berasal dari kata shopos. Kata tersebut berasal dari yunani yang berarti hikmah.

Kelima : tasawuf berasal dari kata shaf. Makna shaf dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat selalu berada di shaf yang paling depan.

Keenam : kata tasawuf berkaitan dengan kata ash-shifah karena para sufi sangat mementingkan sifat-sifat terpuji dan berusaha keras meninggalkan sifat-sifat tercela.
Ketujuh : tasawuf berasal dari kata ‘shaufanah’ yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu-bulu dan banyak tumbuh dipadang pasir di tanah arab, dimana pakaian kaum sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula, dalam kesederhanaannya.

Asal usul kata tasawuf dibagi menjadi 5 istilah:

1. Al Suffah (Ahl Al suffah)
Yaitu orang yang ikut berpindah dengan Nabi SAW dari Mekah keMadinah. Hal ini menggambarkan bahwa keadaan orang yang rela mencurahkan jiwa dan raganya, harta bendanya dan lain sebagainya hanya untuk Allah SWT.

2. Shaf
Yang berarti barisan. Menggambarkan seseorang yang selalu berada dibarisan depan dalam beribadah kepada Allah dan melakukan amal kebajikan.

3. Sufi
Yang berarti suci. Menggambarkan orang yang selalu memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat.

4. Sophos
Yang berarti hikmah (berasal dari bahasa Yunani). Menggambarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung kepada kebenaran.

5. Suf
Yang berarti kain wol. Menggambarkan orang yang hidup sederhana dan tidak mementingkan dunia.

PENGERTIAN TASAWUF

A. Dari segi bahasa (linguistic)
Tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban, untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.

B. Tasawuf secara lughawi (etimologis) itu diperselisihkan oleh para ahli. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan mereka dalam memandang asal usul kata itu.

C. Dari segi istilah (terminology)
Menurut Ibrahim Basyuni, seperti yang dikutip M. Syatoiri, defenisi tersebut bisa dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu:

1. Abu Husein An Nuri (w. 272 H)
Sufiah adalah kelompok kaum yang memiliki hati bersih dari segala keburukan yang dibuat manusia dan bersih dari penyakit batin serta bebas dari segala bentuk syahwat, sehingga mereka berada di barisan yang pertama dan mendapat derajat yang tinggi serta kebenaran.

2. Al-Juanidi (w. 296 H)
Tasawuf adalah menyucikan hati sehingga tidak ditimpa suatu kelemahan, menjauhi akhlak alamiah, melenyapkan sifat kemanusiaan dan menjauhi segala keinginan nafsu.

3. Dzun Nun Al-Mishri (w. 245 H)
Sufi adalah orang yang tidak menyusahkan bagi dirinya dari segala permintaannya, juga tidak menyusahkan dirinya dari ketiadaan.

2. Defenisi dari segi kesungguhan ( )
Defenisi tasawuf secara jahidah mulai mengadakan pendekatan secara amaliah dengan cara memperindah diri melalui pengamalan agama dalam fadilah-fadilahnya.
Atas dasar amaliah ini, banyak yang memberikan ta’rif tasawuf, diantaranya sebagai berikut :

Al-Kanani
Tasawuf adalah akhlak maka barang siapa yang bertambah akhlaknya bertambah pula kesuciannya.

An-Nuri
Tasawuf bukanlah lukisan atau ilmu, tetapi akhlak. Bila merupakan lukisan, tasawuf akan dapat dicapai dengan dasar kesungguhan. Bila merupakan ilmu, tasawuf akan dapat dicapai dengan belajar. Akan tetapi, tasawuf hanya akan dapat dicapai melalui akhlak, yaitu akhlak Allah. Pada diri seseorang tidak akan dapat diterima akhlak yang bersifat ketuhanan bila melalui ilmu dan lukisan.

Sahal bin Abdillah
Tasawuf adalah menyedikitkan makan, sungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah dan lari dari manusia.

3. Defenisi dari segi dirasakan ( )
Tasawuf dari segi ini yaitu orang yang sudah memasuki dunia sufi harus mampu menggerakkan jiwa pada kegiatan-kegiatan tertentu untuk mendapatkan suatu perasaan yang berhubungan dengan wujud tuhan yang mutlak atau kehidupan rohani yang berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berbagai cara seperti memperbanyak amalan.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tasawuf adalah pembersihan diri. Dengan kata lain, tasawuf merupakan suatu perpindahan kehidupan, yaitu dari kehidupan kebendaan pada kehidupan kerohanian.

SUMBER TASAWUF
Para orientalis barat menyatakan bahwa sumber tasawuf itu ada lima yaitu:
Unsur islam
Unsur islam bersumber pada ajaran islamya itu Al-quran dan As-sunnah serta praktek kehidupan Nabi SAW dan para sahabat.
Al-quran
Al-quran berbicara tentang kemungkinan manusia dengan tuhan dapat saling mencintai (mahabbah). Contoh terdapat dalam Q.S. Al-Maidah : 54

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيم
“Wahai orang yang beriman, barang siapa diantara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dari yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Allah Maha luas (pemberian-Nya), Maha mengetahui”.

Perintah agar manusia senantiasa bertaubah membersihkan diri memohon ampunan kepada Allah SWT. Terdapat dalam QS. At-Tahrim : 8

  “Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan obat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan Menghapus kesalah-salahanmu dan Memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, paada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata: “ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.  

             Petunjuk manusia akan senantiasa bertemu dengan tuhan dimana pun mereka berada. Hal ini tercantum dalam QS. Al-Baqarah : 110
وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُواْ لأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللّهِ إِنَّ اللّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“dan laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah, sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.
Tuhan dapat memberikan cahaya kepada orang yang dikehendakiNya. Dalam QS. An-Nur : 35
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِن شَجَرَةٍ مُّبَارَكَةٍ زَيْتُونِةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُّورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَن يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah (pemberi) cahaya (kepada)langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak ditimur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,walaupun tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia Kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah MAha Mengetahui segala sesuatu”.                                

Mengingatkan manusia agar dalam hidupnya tidak diperbudak oleh kehidupan dunia dan harta benda. Dalam QS. Al-Fathir ayat 5:

“wahai manusia, sungguh janji allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (setan)yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang allah”.

DEFINISI IKHLASH

1. Al Ghazali mendefinisikan ikhlas sebagai suatu hal yang murni, bersih dari segala macam hal yang mencampurinya. Beliau mengutip sebuah ayat:

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ (النحل ٦٦)

Artinya: “Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu semua. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa susu yang murni ialah yang bersih dari kotoran, darah, dan segala sesuatu yang bisa mencampurinya. Berarti amal yang ikhlas adalah amal yang murni, bersih dari riya’, ‘ujub, sum’ah, dan dari segala sesuatu selain Sang Pencipta.

Dari sini, al Ghazali memaparkan arti ikhlas dengan sebuah ungkapan:

الْإِخْلَاصُ هُوَ تَجْرِيْدُ قَصْدِ التَّقَرُّبِ إِلَى اللهِ تَعَالَى عَنْ جَمِيْعِ الشَّوَاهِبِ

Artinya: “Ikhlas adalah memurnikan tujuan taqarrub kepada Allah semata dari segala yang mencampurinya.”

2. Syeh Sahl rahimahullah ta’ala, salah satu tokoh sufi tersohor mengartikan ikhlas dengan makna yang lebih dalam, beliau berseru dalam sebuah petuahnya:

الْإِخْلَاصُ أَنْ يَكُوْنَ سُكُوْنُ الْعَبْدِ وَحَرَكَاتُهُ للهِ تَعَالَى خَاصَّةً

Arinya: “Ikhlas ialah berdiamnya seorang hamba dan gerak-geriknya hanya karena Allah semata.”

Selanjutnya tashawuf di jalani dengan bersuluk,

Suluk tersebut didasarkan pada sabda Rasulullah Saw:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ (البخارى 6502)

“Sesungguhnya Allah berfirman (Hadis Qudsi) : Barangsiapa yang memusuhi seorang wali maka Aku mengizinkan berperang. Tidak ada yang seorang hamba yang mendekatkan diri kepadaKu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku tiada berhenti mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, tangan yang dipukulnya, langkah kakinya. dan jika ia meminta maka sunggu Aku kabulkan, dan jika ia berlindung kepadaKu, niscaya Aku lindungi” (HR al-Bukhari)

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
قَالَ الطُّوفِيُّ : هَذَا الْحَدِيثُ أَصْلٌ فِي السُّلُوكِ إِلَى اللَّه وَالْوُصُول إِلَى مَعْرِفَتِهِ وَمَحَبَّتِهِ وَطَرِيقِهِ ، إِذْ الْمُفْتَرَضَاتُ الْبَاطِنَةُ وَهِيَ الْإِيمَان وَالظَّاهِرَة وَهِيَ الْإِسْلَام وَالْمُرَكَّبُ مِنْهُمَا وَهُوَ الْإِحْسَانُ فِيهِمَا كَمَا تَضَمَّنَهُ حَدِيثُ جِبْرِيل ، وَالْإِحْسَان يَتَضَمَّنُ مَقَامَاتِ السَّالِكِينَ مِنْ الزُّهْد وَالْإِخْلَاص وَالْمُرَاقَبَة وَغَيْرهَا ، وَفِي الْحَدِيث أَيْضًا أَنَّ مَنْ أَتَى بِمَا وَجَبَ عَلَيْهِ وَتَقَرَّبَ بِالنَّوَافِلِ لَمْ يُرَدَّ دُعَاؤُهُ لِوُجُودِ هَذَا الْوَعْد الصَّادِق الْمُؤَكَّد بِالْقَسَمِ (فتح الباري لابن حجر - ج 18 / ص 342)

“Ath-Thufi berkata: Hadis ini adalah dalil dasar dalam melakukan suluk (tahapan / jenjang) menuju Allah dan sampai pada makrifat (mengenal) Allah dan mencintainya. Sebab kewajiban-kewajiban batin seperti iman, dan kewajiban-kewajiban fisik yaitu Islam, dan yang tersusun dari keduanya, yaitu Ihsan sebagaimana dalam hadis yang disampaikan dalam kisah Malaikat Jibril. Sementara Ihsan mengandung tahapan-tahapan yang dilalui oleh pelaksana, seperti zuhud, ikhlas, diawasi oleh Allah dan lainnya. Dalam hadis ini juga dijelaskan bahwa orang yang melakukan ibadah wajib dan mendekatkan diri dengan ibadah sunah donya tidak akan ditolak, sebab telah ada janji yang dikuatkan dengan sumpah” (Fathul Bari)

Dalam tashawuf di ajarkan tata cara nerhubunhan bathin dengan para mursyid ini berdasar kepada hadits

Adapun dalil sunah tentang rabithah antara lain tertera dibawah ini
Hadits Bukhari menyatakan:
ﺃَﻥَّ ﺍَﺑَﺎ ﺑَﻜْﺮِ ﺍﻟﺼِّﺪِّﻳْﻖ ﺭَﺿِﻰَ ﺍﻟﻠﻪ ﻋَﻨْﻪُ ﺷﻜﺎ ﻟِﻠﻨَّﺒِﻰِّ ﻋَﺪَﻡَ ﺍﻧْﻔِﻜﺎَﻛِﻪِ . ﻋَﻨْﻪُ ﺣَﺘﻰَّ ﻓِﻰ ﺍﻟْﺨَﻼَﺀِ
Bahwa Abu Bakar as Shiddik mengadukan halnya kepada Rasulullah Saw bahwa ia tidak pernah lekang (terpisah ruhaninya) dari Nabi Saw sampai ke dalam WC.
Sedangkan Sayyid Bakri berpendapat antara lain berbunyi sebagai berikut
ﻭَﻳُﻀِﻢُّ ﺃَﻳْﻀَﺎ ﺇِﻟﻰَ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﺳْﺘِﻤَﻀَﺎﺭَﺷَﻴْﺨِﻪِ ﺍﻟْﻤُﺮْﺷِﺪِ ﻟِﻴَﻜُﻮْﻥَ ﺭَﻓِﻴْﻘَﻪُ ﻓﻰِ ﺍﻟﺴَّﻴِْﺮ ﺇِﻟﻰَ ﺍﻟﻠﻪ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
Dan menyertakan pula kepada (dzikir Allah Allah) itu, akan hadirnya Gurunya yang memberi petunjuk, agar supaya menjadi teman dalam perjalan menuju kepada Allah Ta’ala. (Sayyid al Bakri dalam kitab Kifayatul atqiya, hlm. 107).

Postingan populer dari blog ini

31. 40 KAIDAH FIQIH UMUM (KULLIYAH)

68. KIFAYATUL AWAM