Postingan

120. Keutamaan tafakur

*KEUTAMAAN TAFAKKUR* Sahabat Hikmah ..... Sangat dianjurkan oleh syari’at bagi seorang hamba yg ingin menguatkan iman nya dan mudah untuk menuju keridhoan Allah swt, hendaknya memuncakkan tafakkur tentang tiga hal. Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad ra, berdawuh : *وَلْتَكُنْ أَيُّهَا الْمُرِيدُ مُكْثِرًا مِنَ التَّفَكُّرِ وَهُوَ عَلَى ثَلَاثَةِ أَقْسَامٍ.* Wahai org yg bersungguh-sungguh menuju keridhoan Allah swt, hendaklah kamu memperbanyaki tafakkur (memikirkan) tentang tiga hal : *تَفَكُّرٌ فِي عَجَائِبِ الْقُدْرَةِ وَبَدَائِعِ الْمَمْلَكَةِ السَّمَاوِيَّـةِ وَالْأَرْضِيَّةِ وَثَمْرَتُهُ الْمَعْرِفَةُ بِاللهِ.* Yg pertama, Tafakkur tentang keajaiban dan keagungan kekuasaan Allah swt dan keindahan ciptaan-Nya yg berada di langit dan di bumi, maka kamu akan menjadi seorang yg ma'rifat, [akan mengenal-Nya dan mengagumi-Nya, sehingga menjadi hamba yg bertakwa dan senantiasa berdzikir kepada-Nya] *وَتَفَكُّرٌ فِي الْآلَاءِ وَالنّــِــعَمِ وَنَتِيجَتُهُ الْمَحَبَّةُ للهِ.*

119. ADAB

ADAB DIATAS ILMU Adab secara bahasa artinya menerapakan akhlak mulia. Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar menyebutkan: وَالْأَدَبُ اسْتِعْمَالُ مَا يُحْمَدُ قَوْلًا وَفِعْلًا وَعَبَّرَ بَعْضُهُمْ عَنْهُ بِأَنَّهُ الْأَخْذُ بِمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ “Al adab artinya menerapkan segala yang dipuji oleh orang, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinsikan, adab adalah menerapkan akhlak-akhlak yang mulia” (Fathul Bari, 10/400). Dalil wajibnya menerapkan adab dalam menuntut ilmu. Dalil-dalil dalam bab ini ada mencakup Dalil-dalil tentang perintah untuk berakhlak mulia Diantaranya: Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda أكملُ المؤمنين إيمانًا أحسنُهم خُلقًا “Kaum Mu’minin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi no. 1162, ia berkata: “hasan shahih”). Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: إنَّما بعثتُ لأتمِّمَ مَكارِمَ الأخلاقِ “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dal

118. Ngaji sekilas

*“JANGAN MENYOMBONGKAN AMALMU”*  *رُبَّماَ فَتَحَ لكَ باَبَ الطَّاعةِ وَماَ فَتَحَ لكَ بَابَ القَبُولِ. وَرُبَّمَا قَضىَ عليكَ بالذ َّنْبِ فَكانَ سَبَباً فِي الوُصوُلِ*  *_”Terkadang الله membukakan untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan pintu kabul (penerimaan), Sebagaimana ada kalanya ditaqdirkan engkau berbuat dosa, tetapi menjadi sebab Wusul (sampaimu) kepada الله."_* ************ Taat itu terkadang bibarengi dgn penyakit hati yg bisa menghilangkan ikhlas, seperti ujub (bangga dgn amalnya dll. Sedangkan dosa itu terkadang diikuti dgn merasa hina dirinya dan menganggap baik org yg tidak melakukannya, dan menjadikan dia meminta ampun kepada الله sehingga menjadi sebab الله mengampuni dosanya, dan bisa wushul kepada الله. Abu hurairoh ra. berkata : Bersabda Nabi ﷺ. “Demi الله yg jiwaku ada di tanganNya, andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya الله akan menyingkikan (mematikan) kamu, dan diganti dgn org-org yg berbuat dosa lalu minta ampun kepada الله, lalu di ampuni oleh ال

117. PANTANGAN UNTUK PELAKU TASHAWUF

Dalam kitab Al-Ghunyah Lithalibi Thariq Al-Haqq, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengungkap 10 pantangan yang harus dihindari bagi sufi yang sedang melakukan mujahadah dan muhasabah, yakni: 1. Pantang bersumpah demi Allah, terlepas dari apakah yang dikatakan itu benar atau bohong, baik sengaja atau tidak sengaja. Ketika seseorang telah mengokohkan prinsip tersebut dalam dirinya dan membiasakan pada lisannya, niscaya Allah akan membukakan satu pintu dari cahaya-cahaya-Nya, meninggikan derajatnya dan dikuatkan tekad dan pandangannya. 2. Pantang berbohong baik serius ataupun bercanda. Jika mampu melakukannya, maka Allah akan melapangkan dadanya dan menjernihkan pengetahuannya, hingga ia tak lagi mengenal dusta. 3. Pantang menjanjikan sesuatu kepada siapa pun, lalu urung memenuhinya, meski mampu mewujudkannya, kecuali memang ada alasan yang jelas. Lebih baik dia menghilangkan kebiasaan janji-janji. Jika mampu melakukannya, Allah akan membukakan pintu kemudahan dan derajat malu, dan memberi ka

116. Tahlilan

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓﻥ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ ﻋﺎﻡ ‏( ﺍﻟﺤﺎﻭﻱ ﻟﻠﻔﺘﺎﻭﻱ , ﺝ : ۲ , ﺹ : ١٩٨ Rasulullah saw bersabda: “Doa dan shodaqoh itu hadiah kepada mayyit.” Berkata Umar: “shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan shodaqoh dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh di hari ke tujuh akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya lalu sedekah dihari ke 40 akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.” Referensi : (Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198) Jumlah-jumlah harinya (3, 7, 25, 40, 100, setahun & 1000 hari) jelas ada dalilnya, sejak kapan agama Hindu ada Tahli

115. Sekilas tentang Ruh

Ulama abad ke-10, Ibnu Sina membagi jiwa atas tiga macam, yaitu jiwa nabati (an-nafs an-nabatiyah), jiwa hewani (an-nafs al-hayawaniyah), dan jiwa insani (an-nafs al-insaniyah). Jiwa nabati adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yang hidup dari segi makan, tumbuh, dan berkembang. Jiwa hewani adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yang hidup dari segi mengetahui hal-hal yang kecil dan bergerak dengan iradat (kehendak). Jiwa insani adalah kesempurnaan awal bagi benda yang hidup dari segi melakukan perbuatan dengan potensi akal dan pikiran serta dari segi mengetahui hal-hal yang bersifat umum. Jiwa insani inilah yang dinamakan dengan ruh, sebagaimana para filsuf Islam menyamakannya dengan an-nafs an-natiqah (jiwa manusia). Sebelum masuk atau berhubungan dengan tubuh disebut ruh, sedangkan setelah masuk ke dalam tubuh dinamakan nafs yang mempunyai daya (al’aql), yaitu daya praktik yang berhubungan dengan badan dan daya teori yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak. Al-Gazal

114. Dari Status hikmah

Baarokallohu fiikum ..... Sahabat Hikmah ..... Seorg hamba yg beradab kepada Tuhan nya, akan mrasa malu jika menuntut imbalan atas amal2 ibdh nya ketika Berdo'a, karna dia tau bhw hakikat amal2 ibdh nya adlh pertolongan / pemberian dari Allah juga, bgt pun keIkhlasan dlm amal2 ibdh nya adlh anugrah dari Allah juga,, bahkan ketika amal2 ibdh para hamba Nya tercampuri oleh kotoran2 Ujub dan Riya', Allah jua lah yg menutupi segala kekurangan2 dan kesalahan2 amal2 hamba Nya dg kelembutan sifat Jamal Nya. maka diantara tanda2 org yg tdk beradab kepada tuhan nya adlh bersandar/i'timad kepada amal2 ibdh nya ketika dia berdo'a. Seakan-akan Allah hanya akan memberi jika Dia disembah terlebih dulu, dan seakan-akan Allah itu butuh kepda amal2 ibdh kita, padahal ... waman yasykur fainnama yasykuru linafsih. Dawuh Hukama : كَيْفَ تَطْلُبُ العِوَضَ عَلى عَمَلٍ هُوَ مُتَصَدِّقٌ بِهِ عَليكَ، أمْ كَيْفَ تَطْلُبُ الجَزاءَ عَلى صِدْقٍ هُوَ مُهْديهِ إلَيْكَ؟! Mana mungkin engkau dapa